Sabtu, 28 Mei 2011

Memperbaiki Niat

wajib bagi Hamba Allah, untuk memperbaiki niat dan mengikhlaskan niat dan bertafakur akan niat sebelum memasuki amal/sebelum negerjakan sesuatu amal ibadah.
Karena sesunggunya niat itu adalah pondasi atau dasar amal, dan amal mengikuti niat mengenai baik dan buruknya, rusak dan selamatnya.

Telah bersabda RasuluLlah SAW, Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya . dan bagi setiap manusia tergantung dari apa yang ia niatkan.

Dan seyogyanya seorang hamba Allah, tidak mengucapkan suatu perkataan atau tidak mengamalkan suatu amal perbuatan atau berkehendak mengerjakan sesuatu apapun kecuali DINIATKAN untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari pahala yang baik di sisiNya .

 Tidak akan dapat terjadi pendekatan diri kepada Allah Ta’ala kecuali dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allah melalui Lisan RasulNya dari beberapa perbuatan fardhu, dan sunnah, . bahkan perbuatan yang mubah menjadi sebab mendekatnya diri kepada Allah karena niatnya baik. seperti orang yang ketika makan ia berniat untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ta’at kepada Allah Ta’ala, atau ketika menikah diniatkan untuk mendapatkan keturu yang nantinya mereka akan menjadi orang yang ahli beribadah kepada Allah .

Dan disyaratkan di dalam niat yang baik,  harus dilanjutkan dengan amal perbuatannya. Misal orang yang mencari ilmu dan ia bercita-cita akan mengamalkan ilmunya, maka apabila ia tidak mengamalkan ilmu yag telah pernah diperolehnya ketika dia mampu untuk mengamalkannya, maka niatnya yang demikian itu bukanlah niat yang benar / niyatushoodiqoh.

Demikian juga orang yang mencarfi harta dunia dengan niatnya agar ia tidak merepotkan orang lain, dan mnyedekahkannya kepada orang yang membutuhkan dari orang-orang yang miskin, atau untuk memperat silaturrahmi dengan hartanya itu, apabila ia tidak melaksanakkannya apa yang ia niatkan ketika dia mampu maka niat yang demikian ini bukanlah termasuk inat yang benar atau niat yang Shoodiqoh.

Haruslah dipahami, bahwa niat yang baik itu tidak dibenarkan dalam amal perbuatan yang buruk, misalnya orang yang ikut mendengarkan pembicaraan ghaibah kepada sesama muslim yang mana dalam mendengarkannya tersebut dia berniat untuk menyenangkan hati orang yang sedanng ghaibah / membicarakan aib saudara se muslim,maka niatnya yang demikian ini bukanlah niat yang baik bahkan ia termasuk salah seorang diantara yang ikut ghaibah tersebut. Dan barang siapa yang diam diri dari amar ma’ruf dan nahiii munkat dan dia mendakwakan bahwa niatnya itu agar tidak menyakiti hati orang yang melaksanakan perbuatan munkar, maka niat yang demikian ini bukanlah termasuk niat yang baik bahkan ia termasuk juga ke dalam golongan yang mellaksanakan kemungkaran.

Demikian juga perbuatan yang baik, tetapi niatnya tidak baik juga tidak akan menghasilkan pahala yang baik di sisi Allah, seperti orang yang melakukan amal salih akan tetapi niatnya untuk mendapatkan kedudukan atau supaya dipuji oleh orang lain atau untuk mendatkan keuntuknagn materi.

Maka bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku, agar niatmu dalam melakukan amal salih sebatas untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridhoan Allah dan niatkanlah semua amal yang dibolehkan / Mubaahat hanya untuk menambah ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Dan ketahuilah sesungguhnya bisa terjadi juga satu amal shaleh di niatkan dengan beberapa niat yang baik dan mendapatkan pahala secara sempurna dari tiap-tiap niat tersebut, misalnya orang yang membaca Al-Qur’an dia niatkan untuk bermunajat kepada Rabb nya, atau ia niatkan agar orang yang mendengarkannya mendapat faidah atau manfaat dari apa yang ia baca.

Dan semisal perbuatan mubah dalam hal makan, dimana ia niatkan dalam makan tersebut untuk menjalankan perintah Allah, karena Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’anul Kariim “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kamu sekalian dari rizki yang baik yang Aku berikan kepada kamu semua”.
Dan berniat pula dalam memakan makanan adalah untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ta’at kepada Allah dan juga dapat diniatkan pula untuk melahirkan rasa syukur kepada Allah. sesuai dengan firman Allah di dalam kitabNya L”makanlah kamu sekalian dari rizki yang diberikan kepadamu dan bersyukurlah kepadaNya”.

Bersabda Rosulullahi SAW-“Sesungguhnya Allah mencatat perbuatan baik dan buruk…” selanjutnya RasuluLlah SAW menerangkan bahwa-“barang siapa mempunyai tujuan baik sedangkan ia tidak melaksanakannya maka Allah mencatat di sisiNya sebagai satu amal kebaikan yang sempurna. Dan barang siapa yang mempunyai niat baik juga ia melaksanaknnya maka Allah mencatatnya sebagai 10 kebaikan sampai 700 kebaikan bahkan sampai berlipat dengan kelipatan yang banyak. Dan jika ia berniat keburukan akakan tetapi tidak mengamalkannya, maka dicatatlah ia sebagai satu kebaikan, dan apa bila ia mengamalkannya maka hanya di catat sebagai satu keburukan saja”.

disarikan dari, risalatul muawwanah, pasal 2

Jumat, 20 Mei 2011

Memperkuat Keyakinan


oleh Ibnu Qosim pada 20 Mei 2011 jam 21:19
wajib bagi semua Hamba Allah, untuk memperkuat keyakinan dan mempercantiknya, karena sesungguhnya yakin apabila telah menetap di hati dan meluas di dalamnya maka segala sesuatu yang ghaib akan terlihat nyata, dan pada yang demikian ini maka berkatalah orang-orang yang yakin, sebagaimana yang dikatakan Aly ra. wakarromallahu Wajhah

‘apabila disingkapkan tabir, maka akan bertambahlah keyakinan’.

Dan yakin sesungguhnya adalah ibarat dari kekuatan iman yang meresap ke dalam jiwa yang menghilangkan segala keragu-raguan sehingga di dalam hati sama sekali bersih dari keadaan ragu-ragu dan cemas.. dan syaithan tidak akan mampu mendekat kepada mereka yang hatinya dipenuhi dengan yaqin bahkan mereka akan lari terbirit-birit mencari keselamatan.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya syaithan menjauh dari bayang-bayang Umar. . tidaklah sekali-kali Umar melewati suatu jalan, melainkan syaitan pasti melewati jalan yang lainnya–agar tidak berpapasan.

Yakin akan menjadi kuat dengan beberapa sebab diantaranya;

1. Hendaknya mencurahkan segala perhatian dan hati dan memperhatikan dengan telinga untuk mendengarkan ayat dan hadist yang menunjukkan kebesaran Allah Azza wa Jalla dan kesempurnaanNya, dan keagunganNya, dan kekuasaanNya dan kesendirianNya dalam mengatur urusan semua makhluk, dan kekuasanNya, serta memperhatikan akan kebenaran para Rasul As dan kesempurnaan mereka, dan terhadap apa-apa yang menguatkan risalah mereka dari beberpapa mukjizat, demikian juga memperhatikan mereka yang mendustakan Rasul hingga mereka mendapat siksa dari Allah , dan memperhatikan dengan segenap hatinya apa yang akan datang kelak di hari akhirat berupa pahala yang bagus dari Allah yang dijanjikan bagi hambanya yang beriman dan berbuat kebajikan, demikian juga siksa yang akan dihadapi orang-orang yang berbuat maksiyat –
Firman Allah:
‘Apakah belum cukkup sesungguhnyan Kami turunkan kepada kamu Al-Kitab yang dibacakan kepada mereka.

2. hendaklah melihat dengan i’tibar pada kerajaan langit dan bumi dan apa yang diciptakan Allah dari ciptan-ciptaan yang sangat aja’ib. Dan memperhatikan permulaan adanya segala yang diciptakan. –‘Dan akan Aku perlihatkan kepada mereka ayat-ayatKu di alam raya dan juga pada diri mereka hingga tampak jelas bahwasanya Allah Maha Benar’.

3. Hendaklah mengamalkan apa saja yang sesuai dengan keimanannya lahir bathin dan memperlihatkan keta’atan kepada Allah Azza Wa Jalla –‘Dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mencariKu niscaya akan Aku tunjukkan jalanKu’.

Dan buah dari yaqin adalah tanangnya hati akan janji Allah dan mantap dengan apa-apa yang sudah ditanggung oleh Allah dan menghadap dengan segenap jiwa raganya dan meninggalkan segala yang menyibukkannya dari Allah dan kembali pada setiap kesempatan kepaad Allah dan mencurahkan tenaga untuk mencari ridho Allah .

maka Yakin sesungguhnya adalah dasar/pokok. Sedangkan segala maqoomaat yang mulia , dan akhlak yang terpuji, dan amal sholih, adalah termasuk cabangnya, dan buahnya, sedangkan alkhlak dan amal adalah mengikuti yaqin dalam hal kuat dan lemahnya serta sehat dan sakitnya.

Luqman As. telah berkata,
“tidaklah amal akan terjadi kecuali setelah adanya yaqin. Dan tidak sekali-kali seorang hamba beramal kecuali sesuai dengan kadar keyakinannya. Dan tidaklah seseorang hamba mengurangi amalnya hingga berkuranglah keyakinannya..

 RasuluLlah SAW  bersabda,
“Al-Yaqiin, adalah iman seluruhnya. ,
Tiga  Tingkatan yaqin 
1.  tingkatan yaqin Ashabil Yamiin yaitu pembenaran mereka akan tetapi masih dimungkinkan mereka terserang ragu-ragu.  

2. Derajad Muqorrobiin yang mana imannya telah bersinar dalam hati mereka dan menetap di dalamnya sehingga tidaklah tergambar di dalamnya akan cacat imannya itu, bahkan akan tampak berlimpah di dalam dadanya.  

3.  Derajat Nabiyyiin yaitu derajad para Nabi AS. Dan para ahli warisnya yaitu para Shiddiqiin  dimana bagi Mereka sesuatu yang Ghaib adalah tampak nyata adanya. Dan dapat memberikan i’tibarnya dengan tersingkapnya tabir / kasyf .

disarikan dari Kitab Risatul Mu'awwanah Pasal 1