Selasa, 19 Oktober 2010

Tugas dan fungsi Penyuluh terampil

Penyuluh  Penamas Islam sebagai penyambung lidah Kementerian agama di lingkungan  masyarakat sangatlah penting. Oleh karena itu Penyuluh harus memahami tugas pokokdan Fungsi sebagai Penyuluh.Tugas pokok Penyuluh Agama Fungsional tingkat Terampil dalam kegiatan penyuluhan dan bimbingan, antara lain :
1. Menyusun rencana kerja operasional
2. Menidentifikasi kebutuhan sasaran
3. Menyusun konsep program
4.Menyusun konsep program sebagai penyaji
5. Merumuskan program kerja
6.Menyusun konsep tertulis materi bimbingan / penyuluhan dalam bentuk naskah
7. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui tatap muka kepada masyarakat
8. Melaksanakan bimbingan / penyuluhan melalui pentas pertunjukan sebagai pemain
9. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan / penyuluhan
10. Melaksanakan konsultasi perorangan
11. Melaksanakan konsultasi kelompok
12. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok
13. Mengumpulkan bahan untuk menyusun juklak / juknis bimbingan / penyuluhan
14. Mengolah dan menganalisa data untuk menyusun juklak / juknis bimbingan / penyuluhan

Sabtu, 16 Oktober 2010

MEMBANGUN KOMUNIKASI

Bagaimanapun Komunikasi harus dibangun dengan baik, diantaranya ikut berbaur dengan kegiatan yang ada di lingkungan kalau saat ini terjadi berbagai benturan antara penyuluh agama / da'i / ustadz sangat memungkinkan alasannya adalah GAGAL KOMUNIKASI.

Kamis, 14 Oktober 2010

PERAN MAJELIS TAKLIM DALAM RE-INTEGRASI BANGSA





Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beragama bukan lagi murapakan kenyataan yang asing. Akan tetapi anatomi kultur beragama di Indonesia harus dilihat sebagai sesuatu yang khas dan unik. Kenyataan tersebut dapat ditelusuri dari perjalanan sejarah masuknya agama di Indonesia. Baik dari dimensi sosial-budaya, maupun dari dimensi soisal-politiknya. Kehadiran Agama Hindu-Budha yang harus berhadapan dan beradaptasi dengan agama asli, dan selanjutnya agama Islam harus pula berhadapan dan beradaptasi dengan tradisi gabungan dari ketiga unsur tersebut. Kemudian secara spesifik, kedatangan agama Kristen yang dibarengi nuansa kolonialisme barat di Indonesia telah pula mewarna corak kultur beragama di Indonesia.
 
Corak kultur yang lebih menarik untuk diamati adalah pada corak penyebaran dan sosialisasi sistem nilai ajaran agama serta budaya agama dan pola interaksi antar umat beragama yang dibentuk.
Dalam tradisi budaya masyarakat Islam, sebagai contoh, memiliki corak budaya (strategi) penyebaran yang khas, berbeda dengan pola yang ada di negara Islam lainnya. Ummat Islam banyak mengadopsi pola-pola penyebaran dan sosialisasi nilai-nilai ajaran agama yang digunakan atau hidup di masa berkembangnya tiga tradisi beragama dari umat beragama sebelumnya: Agama Asli, Hindu dan Budha. Sebagai contoh tradisi pendidikan pesantren. Tradisi ini harus diakui sebagai hasil adopsi dan modivikasi dari tradisi Agama Asli-Hidu-Budha di Indonesia. Suatu sistem pendidikan keagamaan dalam suatu lokasi dan bangunan tertentu yang pimpin oleh seorang kyai. Kyai, sosok suci dan ditaati. Istilah tersebut tidak pernah dikenal dalam dunia Islam sebelum masuk ke Indonesia.
 
Dalam sejarah Indonesia klasik, posisi elite agama, seperti Kyai, memiliki posisi khas dan menentukan. Baik dalam kehidupan politik, sosial maupun budaya. Seroang Kyai selain sebagai seorang tokoh agama, ia pun menjadi panutan dan sumber perkembangan kebudayaan lokal. Tidak jarang seorang Kyai adalah juga sebagai seorang budayawan atau seniman. Tak jarang ia pun memerankan diri sebagai wakil masyarakatnya dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berbau politik.
 
Di masyarakat tertentu, baik di pedesaan maupun perkotaan, di mana tidak ada pesantren, biasanya dibentuk kumpulan-kumpulan pengajian yang dihadiri oleh masyarakat, khususnya kaum ibu. Kaum yang dianggap sebagai tulang punggung pendidikan keluarga. Di sana ibu-ibu sambil bersilaturahmi mendapat siraman rohani dan poengetahuan agama dengan tema pembicaraan yang sangat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan dan isu yang berkembang dalam masyarakat. Majlis taklim ini biasanya dipimpin oleh tokoh agama di masyarakat tersebut yang yang dianggap memiliki wawasan keagamaan yang memadai, atau kadang mendatangkan seorang Kyai, Ulama atau ustadz-ustadzah dari daerah lain. Pada waktu-waktu tertentu, secara bersama-sama biasanya mereka melakukan ziarah ke tempat-tempat tertentu atau melakukan kunjungan dan mengikuti tabligh Akbar di pesantren tertentu.
 
Sebelum munculnya gerakan modernisasi Islam di Indonesia, kelompok majlis taklim ini sangat bersifat terbuka. Setelah terjadi gerakan modernisasi dan muncul paham keagamaan yang dianggap bertentang dan baru, maka majlis taklim pun mengalami perkembangan yang khas. Bahkan kadang berkesan ekslusif.
Namun demikian kesan ekslusifitas majlis taklim ini tidak merobah posisinya sebagai media silaturhmi, media penyampaian ajaran agama dan media penyucian rohani, katarsis. Bahkan kemudian, setelah Bangsa Indonesia merdeka, Majlis Taklim ini tidak jarang dijadikan sarana media sosialisasi program pemerintah.
 
Pada jaman Orde Baru, sebagai contoh, keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) tidak bisa dipisahkan dari peran serta Majlis Taklim di dalamnya. Tanpa itu, bisa dipastikan bahwa program tersebut akan mengalami kegagalan total. Dan di jaman itu pula, tidak jarang Majlis Taklim menjadi objek tekanan politis. Terlalu banyak untuk disebutkan, karena tampaknya lebih banyak yang tidak terungkap dan diketahui dari pada yang terungkap dan diketuai. Cukuplah dengan melirik kasus pembantai di Tanjung Priuk yang sampai sekarang belum bisa diungkap diselesaikan secara tuntas.
 
Dengan demikian, tampak bahwa Majlis Taklim pun tidak lepas dari peran politik bangsa ini. Bila demikian, di masa semaraknya disintegrasi bangsa ini, apakah Majlis Taklim memiliki peran yang signifikan dalam proses dis-integrasi bangsa ini atau tidak? Bila fenomena disintegrasi ini haya ada terjadi sebagai percaturan elit politik bangsa ini, maka bisa dipastikan bahwa peran Majlis Taklim dalam persoalan tersebut sangat kecil, bila tidak dikatakan tidak berperan. Namun bila isu dan fenomena disintegrasi ini pun menjadi isu masyarakat di seluruh lapisan, maka kita harus menelisik lebih lanjut, sejauh mana peran Majlis Taklim berperan di dalamnya.
 
Bila posistif, ditemukan peran tersebut dan signifikan, bagaimana menjadikan Majlis Taklim berperan dalam menggulirkan proses dan upaya re-integrasi bangsa yang sedang mengalami sakit parah ini. Khususnya tatkala muncul tuduhan (baca= hipotesa) bahwa salah satu unsur dominan yang menjadi penyebab terjadinya disintegrasi bangsa ini adalah agama, selain masalah-masalah kesenjangan ekonomi dan yang lainnya.
Hipotesa bahwa Majlis Taklim berperan dan bertanggung jawab terhadap proses disintgrasi bangsa, perlu ada pembuktian. Dan itu perlu penelitian yang serius dan komprehensif. Namun, harapan Majlis Taklim memerankan diri dalam proses re-integrasi bangsa tampaknya perlu dipertimbangkan untuk dicoba.

 Thomas F. Odea, seorang tokoh aliran Sosiologi Fungsional, mengatakan bahwa fungsi disintegrasi agama lebih merupakan fungsi laten, sedangkan fungsi integrasi jelas-jelas merupakan fungsi manifest dari Agama. Karena, dalam sejarah mana pun agama telah membuktikan fungsinya sebagai perekat solidaritas masyarakat.
Untuk kasus Indonesia teori tersebut telah dibuktikan dalam sejarah agama-agama di Indonesia. Seperti disebutkan di atas, umat Islam tidak pernah merasa rikuh untuk menggunakan tradisi-budaya umat agama Hindu-Budha dalam proses penyebaran dan sosialisasi sistem nilai agamanya. Demikian, juga dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Agama tidak pernah menjadi alasan untuk tidak bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Bahkan, atas nama agama seluruh bangsa Indonesia secara bersama-sama dan sepakat untuk mengusir penjajahan dari muka Nusantara.
 
Cita-cita reformasi yang sebelumnya dianggap akan mampu menyelesaiakan sejumlah persoalan dan penyakit kronis bangsa ini. Kini, cita-cita ersebut malah bergantung terlalu jauh di angkasa sana. Karena, yang terjadi adalah perpecahan bangsa yang kini sulit untuk ditemukan solusinya. Islam yang diturunkan Allah sebagai Rahmatan lil alamin, dan umat Islam yang digambarkan sebagai suatu bangunan yang kokoh yang antara satu bagian dengan bagian lainya saling m,emperkuat, tentunya lebih memiliki kepentingan untuk mewujudkan cita-cita integrasi bangsa ini. Karena ternyata disintegrasi telah menjadi penghalang bagi tercapainya suatu bangsa yang makmur dan mendapat ampunan Allah. Karena bila dengan bersatu saja persoalan bangsa ini sulit diatasi dan diselesaikan, apatah lagi bila bangsa ini bercerai berai. Dan, lebih tragis lagi bila benar bahwa salah satu sumber dominan penyebab disintegrasi bangsa ini adalah agama.
 
Mestinya kita harus sudah merasa kenyang dan bahkan bosan melihat kemelaran dan kesengsaraan rakyat bangsa ini. Jangan kemudian kita biarkan mereka prustasi dan akhirnya mereka punya alasan untuk kufur. Mestinya kita ingat peringatan Allah dan Rasulnya, bahwa kefakiran adalah jalan paling licin yang bisa membuat seorang beriman menjadi kufur.
 
Isu integrasi bangsa pada akhirnya bukan lagi sekedar isu politik bangsa ini. Akan tetapi telah menjadi unsur vital kehidupan bangsa ini. Baik kaum agamawan, pengusaha, pelajar dan mahasiswa, bahkan bagi seorang bayi yang akan lahir hari ini atau pun lusa. Masa depan bangsa ini bukan milik kita yang dengan ponggah merasa sebagai yang paling berhak menentukan masa depan bangsa ini. Masa depan bangsa ini adalah milik bayi-bayi yang akan lahir di hari ini dan di lusa.
 
Bila Majlis Taklim kembali pada ruh awal kemunculannya, sebagai kelomok terbuka dan tidak ekslusif, tentunya peran sosial politik yang dembannya akan lebih murni, netral dan lebih melihat kepentingan semua fihak. Bila tidak, jangan heran bila Majlis Taklim, secara sadar atau tidak, dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu, demi kepentingan mereka sendiri. Bila demikian, jangan salahkan agama bila bangsa ini mengalami kehancurannya. Atau, jangan pula salahkan orang yang menuduh agama sebagai penyebab matinya bangsa ini.

Penulis :
Ahmad Gibson Al-Bustomi


Minggu, 10 Oktober 2010

Pencerahan

Ummat Islam mundur karena meninggalkan Al-Qur'an
     Tidak sedikit Muslim Indonesia memperlakukan Al Qur’an lebih rendah dari buku pelajaran sekolah padahal kitab suci itu merupakan pedoman yang menginspirasi Muslim mencapai sukses hidup di dunia dan akhirat. Bahkan Nabi Muhammad SAW berhasil mengubah masyarakatnya dengan Al Qur’an.

    Pandangan itu disampaikan Penyusun Buku “Inspiring Qur’an” dan Pendiri Asosiasi Trainer Muslim Indonesia, Heru Sriwidodo Sari, di depan puluhan peserta pelatihan “Memetakan Hidup dan Meraih Sukses Hidup dengan Al Fatihah” Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Minggu [07/09]. “(Umat) Islam ‘mundur’ karena meninggalkan Al Qur’an,” katanya.

    Menurut Heru, keberhasilan umat Islam di masa lampau membentuk dan menguasai peradaban dunia selama 700 tahun sebelum bangsa-bangsa Barat maju adalah karena mereka berpegang teguh pada Al Qur’an.

    Namun umat Islam kemudian mengalami kemunduran setelah mereka meninggalkan Al Qur’an.

    Umat Islam harus mampu mengembalikan dan mewariskan peradaban yang membangun seperti yang telah diraih Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya di masa lalu dengan menjadikan Al Qur’an basis inspirasi sukses hidup mereka di dunia dan akhirat, katanya.

    Penulis buku “Total Manajemen Berbasis Al Fatihah Merain Sukses Berkelanjutan” (2007) dan “Mapping Strategi Sukses Hakiki” (2006) itu lebih lanjut mengatakan, tujuh ayat dalam Surat Al-Fatihah yang dibaca dalam setiap shalat justru mengandung rumus tujuh langkah pembuka sukses hidup hakiki seorang Muslim.

    Heru menjelaskan secara panjang lebar tentang makna tiap ayat dalam Surat Al Fatihah tersebut dalam konteks menggapai sukses hidup Muslim di dunia dan akhirat.

    Ke-tujuh kekuatan nilai yang terkandung dalam Al Fatihah itu dapat dirumuskan ke dalam apa yang disebut Heru sebagai “kekuatan visi, potensi, peluang, motivasi, misi, strategi, dan gerak”. Ke-tujuh kekuatan itu harus dilakukan secara sinergis dan utuh sehingga Muslim yang melakukannya menjadi pribadi gemilang, katanya.

    “Untuk bisa sukses, Anda harus berubah … Selama kita meletakkan visi yang luar biasa, kita akan termotivasi untuk menggapai cita-cita,” katanya.

    Bagi Muslim, awal dari perubahan diri mereka akan muncul dari “membaca” sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam Al Qur’an surat 96 ayat 1 – 5.

    Dampak dari kegiatan membaca itu terhadap diri setiap Muslim adalah timbulnya kesadaran, tercapainya visi, dan tunduk kepada Tuhannya, kata Heru.

    Program pelatihan itu merupakan bagian dari kegiatan IISB mengisi bulan suci Ramadhan. Dua kegiatan lainnya adalah buka puasa bersama bagi Muslim Indonesia dan mancanegara setiap Sabtu, serta taman pendidikan Al Quran bagi anak-anak dan remaja Muslim Indonesi

    Selasa, 05 Oktober 2010

    MTQ Kab. Bogor ke 33

    PARUNGPANJANG - Kurangnya tempat pemondokan kafilah untuk sepuluh kecamatan membuat panitia harus menyisir gedung sekolah. Tujuannya tak lain agar pemondokan ini cukup untuk menampung kafilah dari 40 kecamatan.

    “Kami sudah menyisir ulang dan hasilnya untuk pemondokan kafilah sudah aman,’’ kata Ketua Panitia Pendamping MTQ, Mustakim, kemarin.


    Sekadar mengingatkan, MTQ ke-33 tingkat Kabupaten Bogor ini berlangsung pada 6 hingga 10 Oktober mendatang. Sebelumnya panitia kelimpungan mencari pemondokkan untuk menampung 1.200 kafilah peserta MTQ ini.


    Menurut Mustakim, pimpinan ponpes, kepala sekolah dan warga terdekat yang memiliki tempat layak untuk pemondokan bersedia membantu menyiapkan ruangan untuk kafilah.


    “Saat ini sudah ada 18 titik lokasi pemondokan. Itu cukup untuk menampung kafilah dari 40 kecamatan,” kilahnya. Lokasi itu yakni MAN 1, SMPN 1, SMP PGRI Parungpanjang, SDS Nida El-Adabi, Ponpes Mathla’ul Huda, SDN Parungpanjang I dan VI, SDN Lumpang II, SDN BP, SMK Yastrif, Mts Riyadul Jannah, MTs Al-makmur, SMA Mulia Buana, SMK Bina Putra Mandiri serta PKBMWarga Pedesaan.


    Selain itu, tiga rumah warga yakni kediaman Suhaeli, Hidayat dan Hindun. Menurut dia, 18 lokasi itu cukup untuk menampung seluruh peserta. Ini berarti, memiliki kelebihan kapasitas 300 kafilah karena diperkirakan, jumlahnya hanya sekitar 900 orang


    “Pada hari H kami pastikan semua peserta dapat menggunakan tempat ini dengan nyaman,” tuturnya.


    Rencananya, setiap kecamatan mendapat jatah dua ruangan untuk menempatkan peserta putra dan putri yang masingmasing dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus (MCK) tersendiri.


    Selain untuk kafilah, pemondokan untuk dewan hakim dan dewan juri cukup untuk menampung 86 orang. Bahkan ruangan untuk panitia ini mampu menampung seratus orang


    “Dewan juri dan hakim serta panitia ini ditempatkan khusus yakni rumah milik warga,”jelas Mustakim.


    Sementara itu, panitia juga menyiapkan petunjuk arah tempat pelaksanaan MTQ. Soalnya, Parungpanjang merupakan salah satu kecamatan terpinggir dan masih banyak warga Kabupaten Bogor tak tahu akses menuju daerah ini. Panitia pun memasang 12 papan penunjuk arah untuk memudahkan kontingen menuju lokasi MTQ.


    Kepala Media Center MTQ Kabupaten Bogor, Abdul Basit papan penunjuk arah itu dipasang DLLAJ Kabupaten Bogor. “Pemasangan penunjuk arah ini mulau perempatan Prumpung Gunungsindur dan pintu tol 12 Serpong,” pungkasnya .

     sumber :Radar Bogor

    Planing Majlis Taklim


    PERENCANAAN MAJELIS TAKLIM

           Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu maksud yang didokumentasikan secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan. Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri adalah alat untuk sampai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen, sedangkan tindakan merupakan alat dan cara mencapai target tersebut. Dengan demikian perencanaan akan menjelaskan tentang apa, kapan, dan bagaimana sesuatu itu dilakukan¹.
           Dengan memperhatikan penjelasan tentang hakekat perencanaan seperti tersebut diatas, maka dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa rumusan mengenai definisi perencanaan oleh beberapa ahli dan praktisi di bidang manajemen.
           Perencanaan (planning)² dapat didefinisikan sebagai proses mempersiapkan perubahan dan mengatasi ke tidak pastian dengan cara memformulasikan tindakan yang akan datang (planning is the process of preparing for change and coping with uncertainty by formulating future courses of action). Definisi yang dirumuskan oleh R.Kreitner (1989, p.141) ini diberi penjelasan lebih lanjut bahwa perencanaan itu merintis jalan bagi pelaksanaan semua fungsi manajemen menjembatani antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang dalam lingkungan yang selalu berubah dan tidak pasti serta dihadapkan pada sumber daya yang terbatas.
          Lebih lanjut penjelasan R.Kreitner yang dimaksud dengan cara memformulasikan tindakan yang akan datang. Dalam kamus bahasa Indonesia kata memformulasikan kata dasarnya adalah formula yang artinya rumusan jadi, perencanaan adalah proses mempersiapkan perubahan dan mengatasi ket ida kpastian dengan cara memformulasikan (merumuskan) tindakan yang akan datang.
    Contoh : Dalam sebuah kehidupan misalnya dalam kehidupan pribadi kita harus merumuskan hal-hal yang bisa kita lakukan ketika sekarang, besok bahkan 10 tahun kemudian, maksudnya adalah kita harus memikirkan apa yang harus kita lakukan yang akan datang biasanya hal ini bersifat bisa menjadi kenyataan jika diiringi oleh semangat dan bekerja keras.
    Pelaksanaan semua fungsi manajemen memerlukan perencanaan seperti ”planning for organizing, planning for actuating and planning for controlling”, sehingga masing-masing fungsi itu mempunyai peran dalam manajemen. Oleh karena itu perencanaan disebut sebagai fungsi pertama dalam manajemen.
    Adapun G.R.Terry (1972,p.192) lebih rinci menyatakan³:
    Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation of proposed activities believed necessary to achieve desired result.
    (perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk visualisasi dan memformulasikan dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini perlu untuk mencapai hasil yang dikehendakinya).
    Kata memformulasikan menurut G.R.Terry adalah lebih kepada bagaimana kerja keras kita sekarang dan kita harus bisa menyeleksi apa yang sudah kita kerjakan sekarang yang akan menjadi bekal untuk masa yang akan datang dengan bekal tersebut kita bisa merencanakan apa yang mau kita lakukan sehingga semua yang kita rencanakan bisa menjadi kenyataan.
    Dalam Perencanaan ada beberapa yang harus dipertimbangkan : S M A R T
    Specific : Perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya t ida k terlalu melebar atau terlalu idealis.
    Measurable : Program Kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya
    Achievable : Dapat di capai jadi bukan angan-angan
    Realistic : Sesuai dengan kemampuan dan Sumber daya yang ada terlalu mudah dan t ida k terlalu sulit.
    Time : Batas waktu yang jelas, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
    Ada dua faktor utama yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan secara sistematis, yaitu keterbatasan sumber daya dan lingkungan yang tidak menentu.
    Majelis                   studi kasus di sini misalnya ;
    Setiap kegiatan apapun tujuan nya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang, demikian pula usaha dakwah islam dalam hal ini adalah majelis taklim yang mencakup segi-segi yang sangat luas. Itupun hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.Majelis Taklim juga sebagai lembaga swadaya murni yang bergerak pada perkembangan dakwah. Urgensi perencanaan adalah adanya perubahan, pengembangan minat dan penyelenggaraan majelis taklim yang lebih berkualitas dan professional.
           Perencanan merupakan fungsi terpenting dalam semua fungsi manajemen yang ada. Ibarat kapal yang hendak melakukan perjalanan, perencanan ini merupakan pedoman yang harus dipakai untuk mengarahkan tujuan kemana kapal ini akan di bawa. Perencanaan di tetapkan sekarang dan dilaksanakan serta digunakan untuk waktu yang akan datang.
    Perencanaan yang dilakukan oleh Majelis              misalnya:
    1. Perkiraan Program Majelis  
    Perkiraan adalah suatu prediksi tentang kemugkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Perkiraan program-program tahunan yang di rumuskan oleh Majelis               :
    a. Pengajian Mingguan setiap 1 minggu 1 kali yaitu pada hari minggu yang di ikuti oleh seluruh anggota dari jam 08.30 sampai 10.00 di isi dengan ½ jam untuk belajar membaca al-quran dengan benar 1 jam ½ untuk ceramah pandalaman tentang ajaran islam serta untuk dialog dan tanya jawab seputar keagamaan.
    b. Bakti Sosial di adakan setiap 2 kali dalam 1 tahun menyantuni yatim piatu, fakir jompo di sekitar majelis taklim.
    c. Perjalanan Wisata Rohani 1 tahun 1 kali mengunjungi pondok-pondok pesantren dan sejenisnya yang manfaatnya menambah khazanah keislaman tentang sejarah islam.
    d. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dilaksanakan guna memeriahkan dan mengenang hari-hari bersejarah misalnya Maulid Nabi sebagai penyadaran diri akan hadirnya nabi Muhammad SAW.
    2. Menetapkan Tujuan
    Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi.
    Tujuan MBM misalnya :
    § Terciptanya individu masyarakat yang bertaqwa kepada ALLAH SWT.
    § Mengembangkan Bakat dan menambah pengetahuan serta wawasan.
    § Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan yang baik melalui aktualisasi potensi umat untuk kejayaan islam dan umat islam.
    3. Kebijakan Pengambilan Keputusan
    Kebijakan Pengambilan Keputusan adalah sesuatu yang diperlukan sebagai rujukan atau pedoman umum dalam pengambilan keputusan.
    Untuk mengambil keputusan yang baik dan tepat t ida klah mudah harus mempertimbangkan berbagai faktor yang ada terutama faktor-faktor yang mempunyai hubungan langsung maupun t ida k langsung terhadap pengambilan keputusan tersebut.
    4. Penentuan Program
          Program adalah rancangan-rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi di dalam program juga ditentukan mana yang harus lebih dulu di prioritaskan, mana program jangka panjang dan jangka pendek.
           tujuan jangka panjang ; menggerakan kelembagaan islam secara efektif, sehingga menanamkan dan memupuk akidah islamiyah serta menjalankan syariat islamiyah.
          Tujuan jangka pendek; menggerakkan kegiatan pengajian rutin untuk membentuk mental jamaah agar senantiasa istiqomah di jalan Allah dan menerapkan apa yang di ajarkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
    5. Penentuan Jadwal Kegiatan
           Jadwal adalah Penetapan waktu untuk melaksanakan program-program yang sudah di tentukan dan batas-batas waktu. Program harus disesuaikan dengan program yang akan dilakukan dan sesuai dengan situasi yang berkembang.
    Majlis Taklim   harus memiliki kegiatan yang terjadwal , misalkan
    § Pengajian Mingguan setiap hari Ahad Pukul 08.30 sampai 10.00
    § Bakti Sosial 1 tahun 2 kali di bulan Muharram dan Ramadhan
    § Wisata Rohani 1 tahun 1 kali setiap bulan Juli
    § Peringatan Hari Besar Islam Misalnya setiap tahun baru Islam 1 Muharram.
    6. Menetapkan Prosedur (Metode)
           Prosedur adalah Metode atau cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan .Tanpa adanya sebuah metode yang digunakan di dalam pelaksanaan majelis taklim maka dapat di khawatirkan pelaksanaan jalannya kegiatan akan kacau.
    Pengajian Mingguan dengan menggunakan metode ceramah dan metode tanya jawab (dialog interaktif).
    Bakti Sosial metodenya mengatur pengurus untuk pembagian tugas agar mengatur siapa saja yang berhak menerimanya.
    Perjalanan Wisata Rohani metodenya mengunjungi pondok-pondok pesantren atau berziarah ke makam orang-orang sholeh seperti wali songo atau ke tempat-tempat lainnya seperti Masjid Kubah Emas dst.
    PHBI metodenya penyampaian nilai-nilai ajaran islam yang dengan kegiatan ini maka kita akan senantiasa mengingat momen yang meningkatkan kecintaan kita kepada islam.
    7. Penentuan Anggaran Kegiatan
          Budget (anggaran) adalah ongkos atau biaya yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi, penentuan anggaran ini di maksudkan adalah anggaran dalam kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu 1 tahun. Namun dalam anggaran ini berbentuk perkiraan saja tidak baku disesuaikan dengan kondisi dan penghasilan dari donator atau sumbangan-sumbangan lain nya yang tidak mengikat.
    Contoh perkiraan anggaran untuk kegiatan :
    § Pengajian Mingguan diperlukan 500.000-, yang di gunakan untuk transport pengajar (ustadz) Rp 250.000-, dan untuk konsumsi Rp 250.000-,
    § Bakti Sosial diperkirakan mengeluarkan 8.000.0000 untuk uang tunai 50 % dan sembako 50 %. Di sesuaikan banyaknya pemasukan dari donatur.
    § Perjalanan Wisata Rohani tidak pasti karena sesuai dengan kondisi dan jamaah yang mau ikut serta saja.
    § PHBI tidak ditentukan dengan pasti. Setiap kegiatan 3.000.000-, setiap pelaksanaan di anggarkan
    PENGORGANISASIAN MAJELIS TAKLIM
    1. Pengertian Pengorganisasian Majelis Taklim
           Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kasatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
           Pengorganisasian atau al-thanzhim, dalam pandangan islam bukan semata-mata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis.
           Pada proses pengorganisasian ini akan mengasilkan sebuah struktur organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang mengikuti wewenang. Islam sendiri sangat perhatian dalam memandang tanggung jawab dan wewenang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yang mengajak para sahabat untuk berpartisipasi melalui pendekatan empati yang sangat persuasive dan musyawarah.
          Ada dua poin yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian, yaitu :
    1. Organizational design [desain organisasi]
    2. Organizational Structure [struktur organisasi]
           Struktur organisasi [organizational structure] adalah kerangka kerja formal organisasi yang dengan karangka itu tugas-tugas jabatan dibagi-bagi, dikelompokan, dan dikoordinasikan. [The way in which an organization’s activities are divided organized, andcoordinated].
    Ketika para manajer menyusun atau mengubah struktur sebuah organisasi, maka mereka terlibat dalam suatu kegiatan dalam desain organisasi, yaitu suatu proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai spesialisasi kerja, departemantalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentral dan desentralisasi, serta formalisasi. Jadi, pengorganisasi-an itu pada hakekatnya adalah sebagai tindakan pengelompokan, seperti subjek, objek dan lain-lain.
    Kata “Majelis Taklim ” merupankan berasal dari bahasa Arab yakni yang artinya “Tempat Duduk”. Majelis Taklim juga dapat diartikan sebagai tempat untuk melaksanakan pengajaran dan siar dakwah islam, dapat juga sebagai tempat berkumpulnya orang untuk melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan.
           Pengertian Majelis Taklim adalah “Suatu lembaga pendidikan non formal islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselengarakan secara berkala dan teratur yang diikuti oeh jamaah yang relatif banyak bertujuan untuk membina dan membangun hubungan yang santun antar manusia dengan ALLAH, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya dalam menbina masyarakatyang bertaqwa”.
          Adapun membagi pekerjaan yang telah ditetapkan tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi habis kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Untuk mengatur urutan jalannya arus pekerjaan perlu dibuat ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja antar unit. Kegiatan ini disebut dengan pengorganisasian (organizing) sebagai fungsi kedua dari manajemen.
    .
    2. Urgensi dan Langkah-langkah Pengorganisasian Majelis Taklim
           Urgensi adalah penyatuan, pengelompokan, dan pengaturan pengurus Majelis Taklim untuk digerakan dalam salah satu kerja sebagaimana yang telah direncanakan. Pengorganisasian Majelis Taklim sangat penting karena :
    § Pengorganisasian merupakan syarat utama dalam manajemen
    § Tanpa pengorganisasian majelis taklim tidak akan berkembang
    § Pengorganisasian merupakan proses dari organisator
    § Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi
    Langkah-langkah dalam Pengorganisasian Majelis Taklim
    1. Membagi dan mengelompokan aktifitas kegiatan Majelis Taklim
    2. Merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab kepengurusan Majelis Taklim
    3. Memberi wewenang dan tanggung jawab penuh
    4. Membantu efektifitas organisasi
    5. Menciptakan jalinan kerja
    Pengertian Kurikulum Majelis Taklim
    1. Kurikulum Majelis Taklim
    Pengertian kurikulum
           Pengertian kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik yang membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Dari referensi lain, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
           Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keseni-an. Dengan demikian sebuah kurikulum menjadi sangat penting keberadaannya dalam sebuah organisasi/majelis dan sebagainya. Ia akan menjadi sebuah cermin pada setiap aktifitas yang dilakukan oleh aktifis-aktifis organisasi tersebut.
    Dengan adanya kurikulum, maka ada kemungkinan perkembangan sebuah organisasi dapat dideteksi perkembangan-nya. Jadi hal-hal yang t ida k diinginkanpun juga akan terdeteksi. Bila kedua hal ini sudah dapat dikontrol, maka bisa dipastikan kemajuan sebuah majelis taklim akan dapat diraih sesuai dengan cita-cita dari para pengurus majelis taklim tersebut.
    Selain itu, hal yang juga mendukung tercapainya tujuan yang direncanakan adalah menyiapkan materi-materi yang disusun dalam kurikulum tersebut. Materi adalah bahan-bahan yang akan diajarkan para dai/daiah kepada mad’unya pada majelis ta’lim. Hal ini agar setiap pertemuan memiliki sasaran yang akan dicapai, baik oleh da’i maupun oleh mad’u. Materi ini sebaiknya juga disusun selama satu periode agar dalam proses pertemuan t ida k lagi bingung dengan bahan/materi yang akan disampaikan kepada para mad’u.
    Oleh karena itu dalam menyusun kurikulum yang baik, ada beberapa hal hal yang perlu diperhatikan agar kurikulum tersebut dapat menjadi pedoman yang sangat membantu nantinya. Beberapa hal tersebut adalah:
    1. Tujuan yang hendak dicapai
    2. Peserta majelis Taklim (Mad’u)
    3. Situasi dan lingkungan
    4. Fasilitas yang dimiliki
    5. Pribadi pengajar (Da’i) serta kemampuan profesionalnya
    2. Kriteria Perencanaan Kurikulum
    Kurikulum sebaiknya memenuhi persyaratan-persyaratan yang dapat menunjang kurikulum tersebut. Persyaratan tersebut diantaranya :
    1. Obyektif, artinya kurikulum disusun berdasarkan tujuan yang jelas dan operasional yang bertalian dengan tujuan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diatur.
    2. Realistik, artinya berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan organisasi (majelis taklim) dan masyarakat.
    3. Keserasian, artinya memiliki kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat (mad’u), pengajar (da’i), kondisi dan situasi majelis taklim yang pastinya mengalami perubahan dengan cepat serta nilai-nilai yang berlaku.
    4. Koherensi, artinya semua unsur kurikulum satu dengan lainnya memiliki keterkaitan secara harmonis.
    5. Aplikatif, artinya kurikulum tersebut dapat diterapkan di lapangan (majelis taklim) dan dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan majelis taklim.
    6. Generatif, artinya kurikulum diperuntukan bagi semua orang (jamaah) dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam proses kegiatan di dalam majelis taklim.
    7. Keberhasilan, kurikulum dapat memberikan hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
    8. Inovatif, kurikulum senantiasa mengikuti dan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
    9. Konstruktif, kurikulum berorientasi pada penyiapan tenaga kerja yang terampil.
    3. Sasaran Kurikulum
    Sebuah kurikulum haruslah direncanakan sesuai dengan sasaran-sasaran yang akan dicapai. Sasaran tersebut biasanya terdiri dari:
    1. Jamaah yang memiliki kemampuan-kemampuan dalam aspek:
    a. mental psikologis, yakni jamaah yang memiliki kemampuan mental yang serasi dengan pekerjaannya.
    b. Personal, yakni jamaah yang memiliki sikap yang baik
    c. Sosial, yakni jamaah yang berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya bersama orang lain.
    d. Profesional, yakni jamaah yang memiliki kemampuan profesionalisme sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
    2. Da’i dan Da’iah yang memiliki loyalitas, dedikasi, kemampuan profesional dan kemampuan sosial untuk melaksanakan tugasnya.
    3. Program kegiatan, meliputi fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian).
    4. Isi Kurikulum
    Isi kurikulum adalah keseluruhan bahan dan kegiatan yang tersusun dalam urutan dan ruang lingkup yang mencakup b ida ng pengajaran dalam majelis taklim, materi dan objek yang perlu dikerjakan. Cara penyusunan isi kurikulum adalah:
    1. Bidang-bidang keilmuan, yang terdiri dari klasifikasi ilmu-ilmu sosial, ilmu kealaman dan lainnya.
    2. Jenis-jenis materi yang disusun/dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum.
    3. Materi disusun dalam kelompok mata pelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok.
    4. Tiap materi dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan dan pokok-pokok bahasan.
    dari email : Sigit Setiawan

    Senin, 04 Oktober 2010

    motivasi hidup


    Senyuman

    Hadapilah perubahan dan krisis kehidupan dengan senyuman,
    Cepat atau lambat, setiap pribadi umat manusia pasti akan menghadapi perubahan dan krisis dalam hidupnya masing-masing.
    Perubahan dan krisis adalah sifat dasar dan alamiah yang terjadi dan dibutuhkan hidup manusia baik secara pribadi, maupun secara global.
    Sejarah membuktikan bahwa perubahan dan krisis adalah hal selalu terjadi 
    Bagaimana respon anda menghadapinya akan menentukan masa depan anda bahagia dan sukses atau tetap dalam keadaan seperti sekarang.
    Sejak awal sejarah manusia, perubahan dan krisis dalam hidup manusia selalu melahirkan orang-orang sukses baru.
    Jika kita melihat dari sudut pandang orang-orang sukses baru ini, maka sebenarnya setiap krisis adalah sebuah peluang dan kesempatan besar yang harus disukuri ketika datang.
    Jadilah orang yang bersikap terbuka dan berani serta mau mengambil respon dan sikap yang benar untuk setiap perbuahan dan krisis di kehidupan di sekitar mu.
    Selalu bersiap untuk setiap kesuksesan
    Setiap hari kita sebenarnya dihadapakan dengan tidak terhitung banyaknya kesempatan dan peluang di sekitar kita.
    Hanya sering kali kita tidak siap atau tidak bisa melihatnya.